Raja Aji Saka memerintah di Medang Kamulan (Jawa Tengah Purbakala). Suatu ketika, Aji Saka mengirim utusan, yang namanya Sembodo, untuk mengambil pusakanya di Bumi Majeti, rumah asalnya. Utusan itu bertemu Dora lalu mengabarkan pesan Aji Saka. Dora menolak memberikan pusaka itu karena ia ingat pesan Aji Saka: jangan ada seorangpun kecuali Aji Saka sendiri yang boleh mengambil pusaka itu. Dora dan Sembodo saling mencurigai, bahwa masing-masing pihak ingin mencuri pusaka tersebut. Akhirnya mereka bertarung, dan karena mereka sama kuatnya, keduanya mati. Aji Saka heran mengapa pusaka itu setelah sekian lama belum datang juga, lalu ia pun pulang ke Bumi Majeti. Aji saka terkejut menemukan mayat kedua abdi setianya dan akhirnya menyadari bahwa kesalahpahaman antara keduanya berujung kepada tragedi ini.
Untuk mengenang kesetiaan kedua abdinya maka Aji Saka menciptakan sebuah puisi yang jika dibaca menjadi Aksara Jawa hanacaraka. Susunan alfabet aksara Jawa menjadi puisi, yang diterjemahkan sebagai berikut:
Ha Na Ca Ra Ka [Ada dua utusan raja]
Da Ta Sa Wa La [saling beda pendapat dan berselisih]
Pa Dha Ja Ya Nya [mereka sama kuatnya]
Ma Ga Ba Tha Nga [inilah jenazah mereka]
Sumber info: https://id.wikipedia.org/wiki/Aksara_Jawa
No comments:
Post a Comment