Idz qoola rabbuka lil malaikati inni ja’ilun fi al-ardhi... dst (al-Baqarah)
Idz qooluu layuusufu wakhuhu ila abina... dst (Yusuf)
Idzaa waqa’at al-waaqiah (al-Waqiah)
Idzaa jaa’a ka al-munafiquuna qaaluu... dst (al-Munafiqun)
Idz qoola rabbuka lil malaikati inni ja’ilun fi al-ardhi... dst (al-Baqarah)
Idz qooluu layuusufu wakhuhu ila abina... dst (Yusuf)
Idzaa waqa’at al-waaqiah (al-Waqiah)
Idzaa jaa’a ka al-munafiquuna qaaluu... dst (al-Munafiqun)
Insya Allah berarti Jika Allah Menghendaki
Kata ini digunakan bila seorang Islam menjanjikan sesuatu
Isyarat bahwa manusia tidak berhak memastikan sesuatu terkait dirinya in future time
Setidaknya ada empat versi penulisan setahu saya:
Judul asli: Benarkah Iblis Termasuk Kelompok Malaikat?
oleh: Prof. Muhammad Quraisy Shihab
Bahasa Arab memperkenalkan dua arti dari kata illa yang umumnya diterjemahkan dengan “kecuali”. Apabila yang dikecualikan termasuk bagian dari kelompok yang dikecualikan, kata illa dinamai istisna muttashil (pengecualian yang berhubungan), dan ini berarti kecuali. Akan tetapi, bila ia bukan bagian dari kelompok, pakar tata bahasa menamainya istisna’ muntqathi’ (pengecualian yang terputus), dan ketika itu ia berarti “tetapi”. Jika Anda berkata, “Semua mahasiswa datang, kecuali Budi,” Budi adalah salah seorang mahasiswa, namun dia tidak datang. Dan jika yang tidak datang bukan mahasiswa, melainkan pengemudi -katakanlah namanya Badu- maka Anda harus berkata, “Semua mahasiswa datang, tetapi Badu (berhalangan).”
prasyarat: ilmu nahwu tingkat dasar
bismillah. lompat ke surat ali imron (3) ayat ke-128, ada hal unik yang saya jumpai dalam ayat ini.
Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Alloh menerima taubat mereka, atau mengazab mereka, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim. [Ali Imron (3) ayat 128]
fi’il mudhori’ yatuuba dan yu’addziba di ayat ini sedikit unik. normalnya, fi’il mudhori’ itu dibaca rofa’. dia dapat menjadi nashob bila sebelumnya ada amil nashob, huruf yang membuat nashob, semisal huruf an, lan, dan semacamnya.
Bismillah. Sampai di ayat ke lima surat al-Fatihah.
“hanya kepada Engkau kami mengabdi dan hanya kepada Engkau kami memohon pertolongan”
Dari mana kata ‘hanya’ itu berasal?
Imam az-Zamakhsyari, dalam tafsir al-Kassyaf, menuliskan
“mendahulukan maf’ul (objek) itu untuk menyatakan maksud pengkhususan”
Idealnya, satu kalimat dalam bahasa Arab tersusun dalam pola: fi’il – fa’il – maf’ul atau predikat – subjek – objek. Mendahulukan objek mengisyaratkan makna pengkhususan dan urgensi dari objek tersebut. Maka, lafadz di atas diartikan dengan “kami mengabdi hanya kepada Engkau”.
Referensi
Tafsi al-Kassyaf, Imam az-Zamakhsyari, juz 1, hal. 117-118
Al-Hamdu: berkedudukan sebagai mubtada dan dibaca rofa’, padahal umumnya dibaca nashob dan memuat makna khobar, seperti: syukron, kufron, ‘ajaban, subhaana, dan ma’adza. Hal ini mengisyaratkan teguh dan konsistensi makna yang dikandung.
Misal Firman Alloh
قالوا سلامًا, قال سلامٌ
“Mereka berkata Selamat, (Nabi) Ibrohim menjawab Selamatlah”
[QS. Hud: 69]
Rofa’-nya lafadz salam yang ke dua, mengisyaratkan bahwa Nabi Ibrohim menghormati mereka (kaumnya) dengan lebih baik daripada penghormatan mereka kepada beliau. Karena rofa’ mengisyaratkan makna teguhnya/konsistensi doa keselamatan bagi mereka.
[Tafsir al-Kasyyaf, I/112]
Al-Hamdu atau Pujian adalah seruan atas keindahan/kekaguman terkait nikmat dan hal selainnya, misal: keberanian. Syukur adalah kekaguman khusus terkait nikmat dengan hati, lisan, dan perbuatan. Pujian dengan lisan saja, satu cabang dari syukur.
Sabda Nabi “Pujian (al-Hamdu) adalah pangkal syukur, hamba yang tidak memuji Alloh berarti tidak bersyukur kepada-Nya”
Puji lawannya penghinaan sedangkan Syukur lawannya pengingkaran.
Tafsir al-Kasyyaf, I/111-112
bismillahirrohmanirrohim. dalam teks bacaan, saya mejumpai lafadz معاقد (ma’aaqidun). saya merasa lafadz ini punya arti jama’, saya ragu lalu googling. lalu yakin bahwa ini lafadz jama’.
معاقد ma’aaqidun (beberapa keyakinan) mengikut pada wazan مفاعل mafaa’ilun. wazan mafaa’ilun adalah salah satu dari shighoh muntahal jumu’ (bentuk jama’ tertinggi). dinamai jama’ tertinggi karena tidak ada lagi bentuk jama’ lain diatasnya.
contoh lain: masjidun (satu masjid), مساجد masaajidun artinya beberapa masjid.
setidaknya terdapat sembilan belas wazan muntahal jumu’, info lengkap ttg shighoh muntahal jumu’, saya dapat dari skripsi di http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/16869
semoga Alloh memberkahi penulisnya. sekian. alhamdulillah.
Bismillahirrohmanirrohiim. Ketika mereview pelajaran nahwu-shorof 7 tahun lalu, saya lupa dengan istilah mashdar muthlaq. Lalu googling, dan berikut ringkasannya. penjelasan lengkap di [1]
---
Mashdar Muthlaq atau juga dikenal maf’ul muthlaq adalah mashdar yang digunakan sebagai maf’ul. Tujuannya ada tiga macam:
Keterangan ini saya parafrasekan dari pengajian riyadus sholihin masjid manarul ilmi surabaya, bab taubat, kamis 9 jan 2014, oleh ustadz misbahul munir.
Bismillahirrohmaanirrochiim...
Wazan fa’uulun memberikan makna mubalaghoh atau ‘melebihkan’.
Contoh 1
Bila syaakirun (شَاكِرٌ) bermakna orang yang bersyukur, maka syakuurun (شَكُورٌ) berarti orang yang amat banyak bersyukur
Keterangan ini saya parafrasekan dari pengajian riyadus sholihin masjid manarul ilmi surabaya, bab taubat, kamis 9 jan 2014, oleh ustadz misbahul munir.
Bismillahirrohmanirrohiim...
Apa persamaan dan perbedaan dari kata na’am, balaa, dan labbaika?
نعم, بلى, لبّيك
Persamaan: ketiga kata ini umumnya digunakan oleh seseorang untuk menyahut/menjawab orang yang memanggilnya.
Perbedaan: ketiga kata ini berbeda dalam aspek tata krama bahasa. Penjelasannya diberikan dalam ilustrasi berikut.
kitab ini ditulis oleh Syaikh Sholih al-Utsaimin untuk materi pelajaran madrasah tsanawiyah tahun ke tiga. memuat definisi penting dan juga macam-macam prinsip berfikir dalam menarik kesimpulan dari dalil-dalil al-Quran dan al-hadits. kitab ini bagus untuk pemula dan siapa saja yang bahasa arabnya masih dalam tahap belajar.
saya dapat dari pengajian riyadus sholihin masjid manarul ilmi surabaya, kamis 28 nop 2013, oleh ustadz misbahul munir.
Wazan fu’ailun (فُعَيلٌ) adalah wazan untuk isim yang memberi faidah / makna (تصغير) “mengecilkan”.