Showing posts with label Falsafah Jawa. Show all posts
Showing posts with label Falsafah Jawa. Show all posts

Thursday, January 24, 2019

Khazanah Pengetahuan Jawa

Ki Herman Sinung Janutama menjelaskan khazanah keilmuan dan falsafah masyarakat Jawa.

Beberapa Catatan:
Pitung adalah salah satu pengetahuan khas masyarakat Jawa ditulis di kitab Betaljemur Adammakna, berbasis hitungan matematis dengan sistem yang sangat teratur.
Menggunakan tiga basis utama:
  • Pasaran: Pahing Wage Pon Kliwon Legi (basis 5)
  • Rotasi Bumi: 24 jam (basis 6)
  • Hari: Senin-Jumat (basis 7)

Misalnya:
Wage: karakter mudah putung, kurang cocok bertemu orang Pahing. Namun, ketidakcocokan tersebut bisa diikhtiari dengan ruwat. Ruwat saking rubeting perkoro, dimaksudkan untuk penghilangan unsur2 jelek.

Wednesday, January 23, 2019

Cara Orang Jawa Mengagungkan Islam

Ki Herman Sinung Janutama menjelaskan bagaimana masyarakat Jawa mengagungkan agama Islam dalam wujud ritual-ritual keseharian, dan juga keluasan dan kedalaman cara berfikir orang Jawa.


Sepenggal Catatan:
  • Nama 'Jawa' itu sejatinya bukan nama etnis atau pulau, namun mencakup bangsa-bangsa di seluruh kepulauan Nusantara. 'Pulau Jawa' itu nama pemberian Belanda.

Wednesday, January 17, 2018

Nasihat Kanjeng Sunan Giri Sepuh Rahimahullah

Ahad, 31 Desember 2017, saya menghadiri mantenan seorang sahabat baik di Gresik. Begitu masuk gerbang kota Gresik, saya baru tahu bahwa makam kanjeng Sunan Giri itu dekat sekali dengan Surabaya. Usai mantenan, tiba2 saya ingin sekali ke sana, mengenang perjuangan dan mendoakan beliau. Saya merasa berhutang budi kepada beliau dan para wali Allah di tanah Jawa sehingga saya bisa mengenal Islam.

Kompleks makamnya rimbun sekali, banyak pohon2 berusia tua. Di gerbang kompleks makam, ada dua prasasti besar. Di samping kanan, tertulis wasiat yang dinisbatkan ke beliau dalam tiga bahasa.

Friday, February 17, 2017

Jer basuki mawa beya - Cak Nun & Kiyai Kanjeng

Jer basuki mawa beya bermakna "untuk mencapai kebahagian perlu pengorbanan". Lagu Jawa ini memberikan pelajaran bagi orang Jawa untuk memerjuangkan kemandirian dan kemerdekaan, berdiri di atas kaki sendiri.


Lirik lagu:

Wednesday, December 14, 2016

Asal mula aksara Jawa

Raja Aji Saka memerintah di Medang Kamulan (Jawa Tengah Purbakala). Suatu ketika, Aji Saka mengirim utusan, yang namanya Sembodo, untuk mengambil pusakanya di Bumi Majeti, rumah asalnya. Utusan itu bertemu Dora lalu mengabarkan pesan Aji Saka. Dora menolak memberikan pusaka itu karena ia ingat pesan Aji Saka: jangan ada seorangpun kecuali Aji Saka sendiri yang boleh mengambil pusaka itu. Dora dan Sembodo saling mencurigai, bahwa masing-masing pihak ingin mencuri pusaka tersebut. Akhirnya mereka bertarung, dan karena mereka sama kuatnya, keduanya mati. Aji Saka heran mengapa pusaka itu setelah sekian lama belum datang juga, lalu ia pun pulang ke Bumi Majeti. Aji saka terkejut menemukan mayat kedua abdi setianya dan akhirnya menyadari bahwa kesalahpahaman antara keduanya berujung kepada tragedi ini.

Tuesday, May 31, 2016

Serat Wulangreh, Paku Buwana IV 1768 M

Serat Wulangreh, Paku Buwana IV 1768 M
Tulisan ini saya salin sepenuhnya dari:

Serat Wulangreh ngrupiaken satunggaling genre salebeting khasanah sasra Jawi, sanajan mboten sedanten kalebet teng saleneting teks wulang sacaos sinurat anyebat atanapi kasebat teng tembung wulang kados dening kang wonten teng judul punika. Sacaos harfiah, ‘wulang‘ artosipun weling atanapi wawaler.