Saturday, September 3, 2011

Kasabat dan Iktasabat, bagian 02/02

HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Juz III, Al-Baqoroh, Ayat 286

Apa kesan yang kita dapat di sini? Pertama ialah bahwa suatu diri tidaklah dipikulkan oleh Tuhan beban yang tidak dapat dia mengangkatnya. Maka segala perintah yang diperintahkan Tuhan mengerjakannya hanyalah yang kuat diri itu memikulnya. Dan segala perintah mestilah untuk maslahat diri itu, dan segala larangan ialah karena dia membahayakan bagi diri. Dan dengan dipelopori oleh iman, diri dianjurkan berusaha. Dalam jiwa sendiri ada perasaan-perasaan baik dan perasaan-perasaan buruk. Yang baik ringan bagi diri memikul dan mengusahakannya (kasabat), dan beroleh pahala kalau telah dikerjakan. Adapun yang buruk, maka jiwa murni berat dan sulit mengerjakannya. Orang yang memperturutkan hawa nafsunya, terpaksa terlebih dahulu membutakan akal-budi, maka selalulah terjadi pertentangan di antara hawa nafsunya itu dengan hati sanubarinya. Sebab itu, segala usaha jahat adalah iktasabat, membuat payah, tekanan batin, penyesalan dan murung. Dari sini mendapatlah kita suatu kesan yang mendalam bahwa Khilqoh, yaitu kejadian asli manusia adalah baik dan bercita baik. Jahat tidaklah diingini oleh manusia, dan perintah yang dipikulkan Tuhanpun sesuai dengan keaslian jiwa manusia itu. Kalau manusia terlanjur berbuat jahat, maka siksa pertama yang diterimanya ialah siksaan tekanan batinnya sendiri. Dan kalau dia berbuat baik, berusaha baik, pahala yang mula diterimanya ialah kepuasan batin, sebab dia -sebagai manusia- telah berlaku sebagaimana wajibnya manusia.

Kasabat dan Iktasabat, bagian 01/02

No comments:

Post a Comment